Gambar Hiasan |
“Wahai malaikat Rofa’il ceritakan kepadaku tentang ibadah para malaikat di langit ”,
malaikat
Rofa’il berkata,
“Ibadah para mailaikat di langit di antaranya ada yang berdiri tidak mengangkat kepalanya selama-lamanya, dan ada pula yang rukuk tidak mengangkat kepala selama-lamanya ”.
Kemudian
raja berkata,
“Alangkah senangnya seandainya aku hidup bertahun-tahun dalam beribadah kepada Allah ”.
Lalu
malaikat Rofa’il berkata,
“Sesungguhnya Allah telah menciptakan sumber air bumi, namanya...‘Ainul Hayat’ yang berarti, sumber air hidup. Maka barang siapa yang meminumnya seteguk, maka tidak akan mati sampai hari kiamat atau sehingga ia mohon kepada Allah agar supaya dimatikan ”.
Kemudianya
raja bertanya kepada malaikat Rofa’il,
“Apakah kau tahu tempat “Ainun Hayat itu?”.
mailaikat
Rofa’il menjawab,
“Bahwa sesungguhnya Ainun Hayat itu berada di bumi yang gelap ”.
Setelah
raja mendengar keterangan dari malaikat Rofa’il tentang Ainul hayat, maka raja
segera mengumpulkan ‘Alim Ulama’ pada zaman itu, dan raja bertanya kepada
mereka tentang Ainul Hayat itu, tetapi mereka menjawab,
“Kita tidak tahu khabarnya, namun seoarng yang alim di antara mereka menjawab, “ Sesungguhnya aku pernah membaca di dalam wasiat nabi Adam AS, beliau berkata bahwa sesungguhnya Allah meletakkan Ainul Hayat di bumi yang gelap ”.
“Di manakah tempat bumi gelap itu?” tanya raja.
Seorang
yang alim menjawab,
“Di tempat keluarnya matahari”.
Kemudian
raja bersiap-siap untuk mendatangi tempat itu, lalu raja bertanya kepada
sahabatnya.
“Kuda apa yang sangat tajam penglihatannya di waktu gelap ?”.
Para
sahabat menjawab,
“Kuda betina yang perawan”.
Kemudian
raja mengumpulkan 1000 ekor kuda betina yang perawan-perawan, lalu raja
memilih-milih di antara tentaranya, sebanyak 6000 orang dipilih yang
cendikiawan dan yang ahli mencambuk.
Di
antara mereka adalah Nabi Khidir AS, bahkan beliau menjabat sebagai Perdana
Menteri. Kemudian berjalanlah mereka dan Nabi Khidir AS berjalan di depan
pasukannya dan mereka jumpai dalam perjalanan, bahwa tempat keluarnya matahari
itu tepat pada arah kiblat.
Kemudian
mereka tidak berhenti-henti menempuh perjalanan dalam waktu 12 tahun, sehingga
sampai ditepi bumi yang gelap itu, ternyata gelapnya itu memancar seperti asap,
bukan seperti gelapnya waktu malam. Kemudian seorang yang sangat cendikiawan
mencegah Raja masuk ke tempat gelap itu dan tentara-tentaranya, berkata ia
kepada raja.
”Wahai Raja, sesungguhnya raja-raja yang terdahulu tidak ada yang masuk tempat yang gelap ini karena tempat yang gelap ini berbahaya. ”
Lalu
Raja berkata:
” Kita harus memasukinya, tidak boleh tidak.”
Kemudian
ketika Raja hendak masuk, maka meraka semua membiarkannya. Kemudian Raja
berkata kepada pasukannya:
”Diamlah, tunggulah kalian ditempat ini selama 12 tahun, jika aku bisa datang pada kalian dalam masa 12 tahun itu, maka kedatanganku dan menunggu kalian termasuk baik, dan jika aku tidak datang sampai 12 tahun, maka pulanglah kembali ke negeri kalian”.
Kemudian
raja bertanya kepada Malaikat Rofa’il:
” Apabila kita melewati tempat yang gelap ini, apakah kita dapat melihat kawan-kawan kita ?”.
“Tidak bisa kelihatan”,jawab malaikat Rofa’il,
” akan tetapi aku memberimu sebuah merjan atau mutiara, jika merjan itu ke atas bumi, maka mutiara tersebut dapat menjerit dengan suara yang keras, dengan demikian maka kawan- kawan kalian yang tersesat jalan dapat kembali kepada kalian.”
Kemudian
Raja Iskandar Dzul Qurnain masuk ke tempat yang gelap itu bersama sekelompok
pasukannya, mereka berjalan di tempat yang gelap itu selama 18 hari tidak
pernah melihat matahari dan bulan, tidak pernah melihat malam dan siang, tidak
pernah melihat burung dan binatang liar, sedangkan raja berjalan dengan
didampingi oleh Nabi Khidlir AS.
Di
saat mereka berjalan, maka Allah SWT memberi wahyu keapda Nabi Khidlir AS,
”Bahwa sesungguhnya Ainul Hayat itu berada di sebelah kanan jurang dan Ainul Hayat ini Aku khususkan untuk kamu ”.
Setelah
Nabi Khidlir menerima wahyu tersebut, kemudian beliau berkata kepada
sahabat-sahabatnya:
“ Berhentilah kalian di tempat kalian masing-masing dan janganlah kalian meninggalkan tempat kalian sehingga aku datang kepada kalian. ”
Kemudian
beliau berjalan menuju ke sebelah kanan jurang, maka didapatilah oleh beliau
sebuah Ainul Hayat yang dicarinya itu. Kemudian Nabi Khidlir AS turun dari
kudanya dan beliau langsung melepas pakaiannya dan turun ke “Ainul Hayat”
(sumber air kehidupan) tersebut, dan beliau terus mandi dan minum sumber air
kehidupan tersebut, maka dirasakan oleh beliau airnya lebih manis daripada
madu. Setelah beliau mandi dan minum Ainul hayat tersebut, kemudian beliau
keluar dari tempat Ainul Hayat itu terus menemui Raja Iskandar Dzulkarnain,
sedangkan raja tidak tahu apa yang sedang terjadi pada Nabi Khidlir
AS, tentang melihat Ainul Hayat dan mandi.
(Menurut
riwayat yang diceritakan oleh Wahab bin Munabbah), dia berkata, bahwa Nabi
Khidlir AS adalah anak dari bibi Raja Iskandar Dzul Qarnain. Dan raja Iskandar
Dzulkarnain keliling di dalam tempat yang gelap itu selama 40 hari, tiba-tiba
tampak oleh Raja sinar seperti kilat, maka terlihat oleh Raja, bumi yang
berpasir merah dan terdengar oleh raja suara gemercik di bawah kaki kuda,
kemudian Raja bertanya kepada Malaikat Rofa’il:
“Gemercik ini adalah suara benda apabila seseorang mengambilnya, niscaya ia akan menyesal dan apabila tidak mengambilnya, niscaya ia akan menyesal juga. ”
Kemudian
di antara pasukan ada yang membawanya namun sedikit, setelah mereka keluar dari
tempat yang gelap itu, ternyata bahwa benda tersebut adalah yakut yang berwarna
merah dan jambrut yang berwarna hijau, maka menyesallah pasukan yang mengambil
itu karena mengambilnya hanya sedikit, demikianlah pula pasukan yang tidak
mengambilnya, bahkan lebih menyesal. Diriwayatkan oleh Ats-tsa’Labi dari: Iman
Ali Rodliayllohu ‘ anhu.
1.
Cerita ini dikutib dari kitab “ Baidai’iz karangan Syeikh Muhammad bin Ahmad
bin Iyas halaman 166 – 168. Penerbit: Usaha Keluarga s Semarang.
2.
Cerita dari Kitab Nuzhatul Majalis Karangan Syeikh Abdul Rohman Ash-Shafuri.
Penerbit
Darul Fikri Bairut Halaman 257 – 258.
No comments:
Post a Comment